Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami proses modernisasi dalam era globalisasi ini. Begitu luasnya industri ritel ini, sehingga sektor ritel memberikan kontribusi 75% terhadap total perdagangan nasional. Dari 98,8 juta angkatan kerja, sekitar 17 juta orang (18%) bekerja di sektor ritel. Pada tahun 2002, bisnis ritel tumbuh 16,4%.
Menurut Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia), tahun 2004 omzet ritel nasional sebesar Rp 400 triliun, bertumbuh 15% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 diperkirakan naik 25% sehingga tahun 2005, omzet ritel nasional diperkirakan mencapai Rp 500 triliun .
Ritel yang berfokus pada penjualan barang sehari-hari, secara garis besar terbagi dua, yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Pengertian ritel tradisional adalah ritel yang sederhana, tempatnya tidak begitu luas, barang yang dijual tidak begitu banyak jenisnya, sistem manajemen masih sederhana, tidak menawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar menawar harga dengan pedagang. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistem manajemen terkelola dengan baik menawarkan kenyamanan berbelanja, harga sudah tetap (fixed) dan adanya sistem swalayan.
Kontribusi pasar tradisional dan pasar modern dalam total belanja nasional
Tahun | Pasar tradisional | Pasar modern |
1998 | 83% | 17% |
2000 | 78,1% | 21,8% |
2001 | 72,5% | 24,8% |
2002 | 74,8% | 25,1% |
2003 | 73,7% | 25,4% |
2004 | 69,6% | 30,4% |
Sumber: Bisnis Indonesia 18 Februari 2005 dan Swa Desember 1999
Gerai ritel tradisional terdiri dari pasar tradisional dan warung tradisional. Pada tahun 2001 gerai ritel tradisional mencapai 1.899.736 unit. Tahun 2003, gerai ritel tradisional menurun menjadi 1.745.589 unit , berarti telah terjadi penurunan sebesar 154.147 unit gerai tradisional. Jika satu gerai ritel tradisional memiliki 3 orang tenaga kerja maka ada sekitar 462.441 orang tenaga kerja yang hilang (menganggur). Jumlah gerai ritel modern tahun 2003 mencapai 5079 unit meningkat 31,4 % dibandingkan dua tahun sebelumnya (2001) sebesar 3865 unit .
Gerai ritel modern terbagi atas pasar modern (misalnya mall, plaza, ITC, dll) dan gerai tersendiri, misalnya mini market, supermarket. Namun biasanya hal ini terlihat kabur, karena rata-rata gerai modern berada pada pasar modern, misalnya supermaket terdapat di dalam mall.
Hypermarket
Format bisnis ritel dalam bentuk hypermarket adalah yang paling banyak berkembang di masyarakat dibandingkan dengan format bisnis ritel yang lain. Walaupun demikian perkembangan berbagai format bisnis ritel di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup berarti dari tahun ke tahun.
Survei AC Nielsen Indonesia mengidentifikasikan bahwa penguasaan pangsa pasar oleh hypermarket di Indonesia mencapai 40%. Bahkan tahun 2005 ini, beberapa para pemain ritel besar melakukan ekspansi perusahaannya. Carrefour sedang menambah 4 gerai di tiga kota besar (Makasar, Bandung dan Jakarta), sehingga akan memiliki 20 gerai pada akhir 2005. Saat ini outlet Carrefour terbanyak hanya terpusat di sekitar kota Jakarta (± 16 gerai). Sedangkan gerai-gerai yang lain tersebar di beberapa kota di Surabaya, Medan, Palembang, dan Semarang . Dengan jumlah gerai yang ada saat ini, Carrfeour menjadi pemimpin di bidang hypermarket dengan penguasaan 47% pangsa pasar. 12 gerai Carrefour di Jabotek antara lain adalah Cempaka Putih, Mega Mal Pluit, ITC Cempaka Mas, Mega Grosir, Puri Indah, Duta Merlin, Ratu Plaza, MT Haryono, Lebak Bulus, Ambasador, ITC Permata Hijau, ITC BSD (baru dibuka 1 Mei 2005). Luas areal belanja setiap gerai Carrefour yang dimiliki adalah 6000 m2 – 8000 m2, dengan jumlah pemasok mencapai 3000 .
Hypermarket (sampai mei 2005)
nama | Pemilik | Tahun berdiri | Gerai (s/d Mei 2005) | Pangsa pasar |
Carrefour | Carrefour, peritel asal Prancis | 1998 | 16 | 47% |
Giant | Hero-Dairy Farm (Hongkong) | 2002 | 11 | 32,35% |
Hypermart | Matahari (Group Lippo) | 2004 | 7 | 20,59% |
Total |
|
| 34 | 100% |
Sumber: Swa, Desember 2004 dan Kompas, Mei 2005
PT Matahari Putra Prima Tbk baru membuka gerainya yang ke 10, Hypermart di Cibubur Juction dan akan menambah gerai hypermarket lagi sampai akhir 2005. Gerai itu tersebar di kota Pekan Baru, Surabaya, Bandung, Makasar, Medan, Depok, dan Kelapa Gading Jakarta. Untuk saat ini saja gerai hypermart Matahari sudah ada di Tangerang, Solo, Jakarta, Batam, Makasar, Malang, dan Pontianak dan mampu menyerap 450.000 konsumen/bulan/gerai. Dengan semboyan low price and more, mereka yakin mampu memikat konsumen-konsumen baru di tempat gerai-gerai mereka dibangun . Saat ini hypermart telah memiliki 16 gerai diberbagai kota tersebut. rencananya tahun 2006 akan dikembangkan 11 gerai lagi. Tiap gerai, tenaga kerja yang dapat ditampung mencapai sekitar 600 orang termasuk sales promotion girl dan cleaning service .
Optimisme ini juga dimiliki oleh pengelola raksasa ritel asal Belanda, PT Makro Indonesia.hampir 75% nasabahnya berasal dari kalangan menengah ke atas. Dari 16 gerai yang dibuka di berbagai tempat di Indonesia, mereka mampu menyedot konsumen sekitar 800.000 orang. Sedangkan Carrefour mampu menyedot 30 juta konsumen. Potensi pasar itu memberanikan Makro melakukan ekspansi ke Solo, Bogor, dan Balikpapan pada tahun 2006. Total gerai yang mereka miliki pada akhir tahun 2006 akan mencapai 24 gerai .
Pertumbuhan Hypermarket
tahun | omzet (miliar) | Pertumbuhan(%) |
1998 | 2,809 |
|
1999 | 3,345 | 19,08 |
2000 | 4,678 | 39,85 |
2001 | 6,155 | 31,57 |
2002 | 8,415 | 36,72 |
2003 | 10,948 | 30,1 |
Sumber: Swa, Desember 2004
Jumlah gerai hypermarket sampai Oktober 2005 tercatat sebanyak 83 unit, atau bertumbuh 22,06% dibandingkan pada 2004 yang baru 68 gerai. Berdasarkan data AC Nielsen, pemain hypermarket di Indonesia mencakup Carrefour, Hypermart, Giant, The Clubstore, Artomoro, Alfa Gudang Rabat, dan Tip Top.
Gerai hypermarket di Indonesia
Tahun | Unit | Tumbuh |
2003 | 43 | - |
2004 | 68 | 58,14% |
2005 | 83 | 22,06% |
Sumber : AC Nielsen Indonesia, 2005
Persaingan harga pun menjadi tak terelakkan. Indeks harga antara pasar modern dan pasar tradisional (Maret 2003-April 2004) jelas menunjukkan bahwa harga di pasar modern lebih murah dibandingkan dengan pasar tradisional, sehingga banyak konsumen yang sensitif terhadap harga akan memilih pindah ke pasar modern.
Indeks harga Maret 2003-April 2004
| Pasar modern | Pasar tradisional |
Pertumbuhan | -2,5% | 1,7% |
Sumber: Bisnis Indonesia 16 Juni 2004
Pertumbuhan harga yang minus di pasar modern dipicu oleh perang diskon antar ritel modern, demi menarik konsumen, diantaranya melalui: regular discount yang diberikan secara reguler, additional discount, diberikan pada kesempatan tertentu (misalnya saat ulang tahun gerai tertentu), opening discount adalah potongan harga pada saat pebukaan toko baru, dan jenis diskon lainnya.
10 besar pemain ritel modern berdasarkan total penjualan tahun 2002
urutan | Perusahaan | omzet |
1. | PT Matahari Putra Prima Tbk. | Rp 5,2 triliun |
2. | PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. | Rp 3,4 triliun |
3. | Salim Group | Rp 3,2 triliun |
4. | PT Alfa Retailindo Tbk (group Sampoerna) | Rp 3,2 triliun |
5. | PT Carrefour Indonesia | Rp 3 triliun |
6. | PT Hero Tbk. | Rp 2,4 triliun |
7. | PT Makro Indonesia | Rp 2 triliun |
8. | PT Pasarraya Nusakarya | Rp 900 milyar |
9. | PT Akur Pratama | Rp 900 milyar |
10. | Hari Darmawan Group | Rp 700 milyar |
Sumber: Bisnis Indonesia, 8 Maret 2004
Dibawah ini ditampilkan beberapa format bisnis ritel yang ada di Indonesia dengan perkembangan dan jumlahnya :
Department Store (sampai 2004)
Nama | pemilik | gerai |
Ramayana dan Robinson | PT Ramayana Lestari sentosa Tbk. | 83 |
Matahari | PT matahari Putra Prima Tbk. | 79 |
Yogya | PT Akur Pratama | 43 |
Sogo dan Java | Pt Mitra Adiperkasa Tbk. | 10 |
Rimo | Pt Rimo Catur Lestari Tbk | 9 |
Metro | PT Metropolitan Retailmart Tbk. | 4 |
Sumber: Warta Ekonomi, April 2005
Selain itu, pertumbuhan gerai ritel makanan di hypermarket rata rata 30% per tahun dan supermarket 7% per tahun dan convenience store/mini market sekitar 15%. Pada tahun 2003, penjualan sektor ritel modern makanan dikuasai oleh supermarket 60%, hypermarket 20% dan sisanya 20% oleh convenience store/mini market .
Bisnis ritel makanan (2004)
Jenis | Jumlah gerai |
Hypermarket dan pusat grosir | 80 |
Supermarket | 321 |
Minimarket/convinience store | 2.088 |
Sumber: Warta Ekonomi, Februari 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar